Diana Da Costa Ati: Perjuangan Guru Penggerak di Kampung Atti Papua Melawan Buta Huruf dan Kendala Pendidikan

- Penulis Berita

Sunday, 13 October 2024 - 07:08

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Diana Da Costa Ati sedang mengajar para siswanya. (FOTO: Puslapdik Kemendikbud)

Diana Da Costa Ati sedang mengajar para siswanya. (FOTO: Puslapdik Kemendikbud)

Papua, Binamuda – Di balik kesunyian Kampung Atti di Papua, terdapat perjuangan Diana Da Costa Ati, seorang guru penggerak asal Timor Leste yang mendedikasikan hidupnya untuk memberantas buta huruf. 

Sejak 2018, Diana berkomitmen menjadi bagian dari program guru penggerak daerah terpencil, inisiatif Bupati Mappi, Kristosimus Yohanes Agawemu, yang bekerja sama dengan Gugus Tugas Papua Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Diana bertekad untuk membantu anak-anak Papua agar mampu membaca, menulis, dan berhitung, walau tantangan yang dihadapi sangat besar.

Latar Belakang dan Perjalanan Diana di Kampung Atti

Diana memulai pengabdiannya di Kampung Kaibusene, Distrik Haju, lalu beralih ke Kampung Atti pada 2021 setelah kontraknya diperpanjang. 

BACA JUGA:  Inovasi Rengkuh Banyu dkk: Mengubah Pelepah Pohon Pinang Jadi Solusi Alternatif Plastik Sekali Pakai

Tugasnya bukanlah tanpa tantangan. Di Kampung Atti, Diana harus mengajar di sebuah sekolah dasar negeri (SDN) yang minim fasilitas. 

Para siswa, bahkan hingga kelas 6, banyak yang belum bisa membaca karena kurangnya akses pendidikan yang konsisten.

Tantangan Sosial dan Lingkungan

Selain masalah fasilitas, Diana juga menghadapi tantangan sosial.

Keberadaan simpatisan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah tersebut membuat Diana dan dua rekan guru lainnya, Fransiska Erlyansi Bere dan Oktofianus Halla, berhati-hati.

Perjuangan Diana bukan hanya soal mengajar, tapi juga mempertaruhkan nyawanya.

Bahkan, pernah ada insiden di mana seorang siswa kelas 6 hendak menombaknya karena tidak terima saat dimarahi.

Inisiatif Diana dalam Mengatasi Keterbatasan Fasilitas

Dengan minimnya fasilitas, Diana berinisiatif untuk meminta donasi melalui media sosialnya, memanfaatkan jangkauan internet untuk menggalang bantuan alat tulis, buku, hingga pakaian layak pakai. 

BACA JUGA:  Cerita Alan Efendhi dan Rasane Vera: Membangkitkan Ekonomi Petani Gunungkidul dengan Budidaya Aloevera

Menariknya, Diana tidak menerima uang dari donatur, hanya barang kebutuhan pendidikan untuk siswa-siswanya. 

Kadang, ia bahkan mengorbankan sebagian dari gajinya untuk membeli perlengkapan belajar demi mendukung pembelajaran.

Hasil dan Dampak Pengabdian Diana

Hasilnya cukup signifikan. Hingga 2023, 24 anak didik Diana melanjutkan pendidikan ke SMP dan beberapa lainnya mulai dapat membaca dan menulis. 

Warga Kampung Atti pun merasa bersyukur atas kehadiran Diana, dan sebagai ungkapan terima kasih, mereka sering mengiriminya bahan makanan lokal seperti singkong, daun ubi, ulat sagu, bahkan daging ular dan buaya.

Kesetiaan Diana pada Kampung Atti membuatnya betah tinggal di Papua. Ia merasa hidup bukan sekadar soal uang atau karier di kota besar, melainkan pengabdian bagi sesama. 

BACA JUGA:  Justitia Avila Veda, Advokat Pro Bono yang Berjuang untuk Korban Kekerasan Seksual di Jawa Barat

Atas dedikasinya, Diana menerima penghargaan SATU Indonesia Awards 2023, sebuah apresiasi atas perannya dalam mencerdaskan generasi muda Papua.

Perjuangan Diana Da Costa Ati menginspirasi banyak pihak untuk menyadari pentingnya pendidikan bagi masyarakat di daerah terpencil. 

Diana menunjukkan bahwa dengan ketekunan, kasih sayang, dan pengabdian, hambatan pendidikan bisa diatasi. Semangatnya menjadi simbol harapan bagi anak-anak Papua yang bercita-cita lebih baik. *AQ

Berita Terkait

Ciamis Bakal Dipimpin Salah Satu Direktur KPK
Mengenal Bhrisco Jordy Dudi Padatu, Penggagas ‘Papua Future Project’ Bantu Anak-anak Papua Barat Akses Pendidikan
Justitia Avila Veda, Advokat Pro Bono yang Berjuang untuk Korban Kekerasan Seksual di Jawa Barat
Inovasi Rengkuh Banyu dkk: Mengubah Pelepah Pohon Pinang Jadi Solusi Alternatif Plastik Sekali Pakai
Cerita Alan Efendhi dan Rasane Vera: Membangkitkan Ekonomi Petani Gunungkidul dengan Budidaya Aloevera
Perjuangan Theresia Dwiaudina: Merangkul Dukun Bayi untuk Keselamatan Ibu dan Anak di Desa Uzuzozo, Nusa Tenggara Timur
Muhammad Xaria Yusuf dan InacomID, Meningkatkan Kesejahteraan Petani Lewat Teknologi Digital
Kiprah Zulrifan Noor, Menggerakkan UMKM Lokal di Tabalong Lewat Inovasi Zakat Produktif

Berita Terkait

Friday, 1 November 2024 - 04:13

Ciamis Bakal Dipimpin Salah Satu Direktur KPK

Monday, 14 October 2024 - 23:49

Justitia Avila Veda, Advokat Pro Bono yang Berjuang untuk Korban Kekerasan Seksual di Jawa Barat

Monday, 14 October 2024 - 08:11

Inovasi Rengkuh Banyu dkk: Mengubah Pelepah Pohon Pinang Jadi Solusi Alternatif Plastik Sekali Pakai

Sunday, 13 October 2024 - 07:42

Cerita Alan Efendhi dan Rasane Vera: Membangkitkan Ekonomi Petani Gunungkidul dengan Budidaya Aloevera

Sunday, 13 October 2024 - 07:08

Diana Da Costa Ati: Perjuangan Guru Penggerak di Kampung Atti Papua Melawan Buta Huruf dan Kendala Pendidikan

Sunday, 13 October 2024 - 07:02

Perjuangan Theresia Dwiaudina: Merangkul Dukun Bayi untuk Keselamatan Ibu dan Anak di Desa Uzuzozo, Nusa Tenggara Timur

Saturday, 12 October 2024 - 13:27

Muhammad Xaria Yusuf dan InacomID, Meningkatkan Kesejahteraan Petani Lewat Teknologi Digital

Friday, 11 October 2024 - 13:12

Kiprah Zulrifan Noor, Menggerakkan UMKM Lokal di Tabalong Lewat Inovasi Zakat Produktif

Berita Terbaru

Nasional

Ciamis Bakal Dipimpin Salah Satu Direktur KPK

Friday, 1 Nov 2024 - 04:13

Jhon Husein Muhammad saat memberikan materi di Inspektorat Ciamis

Nutrisi Pagi

Bolehkah Balas Dendam?

Wednesday, 23 Oct 2024 - 02:33