Jakarta Selatan, BinaMuda – Dalam upaya mengatasi masalah lingkungan yang kian mendesak, inovasi berkelanjutan menjadi salah satu kunci penting. Salah satu contoh nyata adalah inisiatif Plepah, yang diprakarsai oleh Rengkuh Banyu Mahandaru bersama Almira Zulfikar dan Fadhlan Makarim.
Plepah hadir sebagai solusi yang mengubah limbah pelepah pohon pinang menjadi kemasan ramah lingkungan, menggantikan plastik sekali pakai.
Inisiatif ini tak hanya berkontribusi pada lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal.
Menggali Potensi Pelepah Pinang
Di berbagai daerah, pelepah pohon pinang sering dianggap sebagai limbah yang tak bernilai.
Namun, Plepah melihat peluang besar di balik limbah tersebut. Berawal dari eksplorasi di Sumatera pada 2018, tim Plepah mulai mengembangkan produk kemasan seperti piring dan kontainer makanan dari pelepah pinang.
Produk-produk ini ramah lingkungan, mudah terurai, dan telah diakui di pasar sebagai alternatif yang berkelanjutan untuk plastik sekali pakai.
Metode Disruptive Design dan Pendekatan Etnografi
Kekuatan Plepah terletak pada pendekatan desain yang inovatif dan berorientasi pada empati.
Metode Disruptive Design yang digunakan berfokus pada memahami masalah sosial secara mendalam melalui keterlibatan aktif masyarakat.
Salah satu teknik yang digunakan adalah etnografi, yang memungkinkan tim Plepah menggali kebutuhan dan tantangan di lapangan dengan lebih akurat.
Dengan cara ini, solusi yang ditawarkan tak hanya inovatif, tetapi juga relevan dan berkelanjutan bagi masyarakat lokal.
Membangun Ekosistem Berkelanjutan
Selain menghasilkan produk ramah lingkungan, Plepah juga memfasilitasi pembangunan ekosistem bisnis yang kokoh.
Mereka bekerja sama dengan pemerintah daerah, koperasi masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan sistem yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Salah satu contoh nyata adalah kemitraan dengan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang membantu menyediakan fasilitas produksi untuk meningkatkan kapasitas pembuatan kemasan berbasis pelepah pinang.
Tantangan dan Potensi Peningkatan Produksi
Meski mendapatkan respons positif di pasar, Plepah menghadapi beberapa tantangan, terutama dalam hal kapasitas produksi dan pasokan energi di area produksi.
Untuk mengatasi ini, mereka membutuhkan investasi tambahan agar dapat meningkatkan skala produksi dan menekan harga jual produk agar lebih kompetitif dengan kemasan konvensional seperti karton atau styrofoam.
Namun, produk Plepah telah menunjukkan potensi besar dengan berbagai keunggulan, seperti ketahanan terhadap air dan kemampuan untuk dipanaskan hingga 200 derajat Celcius.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Inovasi Plepah tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Program ini telah meningkatkan pendapatan sekitar 30-40 kepala keluarga di Desa Mendis, Musi Banyuasin, dan Tanjabung Timur.
Setiap keluarga kini bisa memperoleh penghasilan tambahan antara Rp750.000 hingga Rp1.500.000 per bulan. Selain itu, manfaat juga dirasakan oleh para petani, pemasok bahan baku, tim produksi, dan tim operasional yang terlibat dalam rantai produksi Plepah.
Plepah merupakan contoh nyata bagaimana inovasi lokal dapat menjadi solusi global. Dengan mengubah limbah pelepah pinang menjadi produk yang bernilai tinggi,
Plepah tak hanya berkontribusi dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, tetapi juga membantu memberdayakan masyarakat lokal dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.
Tantangan yang dihadapi dalam kapasitas produksi membuka peluang bagi lebih banyak pihak untuk terlibat, baik dalam bentuk investasi maupun kemitraan, untuk mempercepat laju perubahan menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Inovasi yang dihadirkan oleh Plepah telah mendapatkan pengakuan di tingkat nasional, salah satunya melalui penghargaan SATU Indonesia Awards 2023. *AQ